Senin, 20 Juni 2011

TEHNIK WAWANCARA INVESTIVIGASI

Dalam upaya untuk memperoleh pembuktian, tim pemeriksa dapat menggunakan salah satu teknik pemeriksaan yaitu dengan melakukan wawancara. Teknik wawancara dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. 

Lebih lanjut untuk melengkapi data pemeriksaan yang diperoleh dari pelaksanaan teknik pemeriksaan, bila dipandang perlu dapat dilakukan melalui permintaan keterangan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait/kompeten memberikan keterangan. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan dinyatakan dalam bentuk Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK).
Agar dalam melakukan pemeriksaan khusus diperoleh hasil yang optimal, dalam modul ini diberikan pedoman bagi tim pemeriksa untuk melakukan wawancara dan permintaan keterangan dalam bentuk pertanyaan yang diajukan kepada pihak-pihak yang terkait /kompeten, dan disajikan/dicontohkan dalam uraian berikut ini.

Teknik Wawancara.

Beberapa petunjuk bagi petugas pemeriksa khusus dalam berwawancara, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Penampilan yang wajar
Adalah suatu kelemahan pemeriksa apabila ia mengutamakan penonjolan diri pribadi. Seorang pemeriksa dengan berpakaian sopan tampil dengan hati yang cerah dan ramah, dengan menghindarkan sikap yang dapat menimbulkan kesan bahwa pemeriksa hendak mencari-cari kesalahan yang diperiksa, akan lebih memungkinkan memperoleh jawaban yang sebenarnya dan tidak dibantahnya dalam pemeriksaan lanjutan.

b. Ciptakan suasana yang menyenangkan
Lakukan wawancara dalam suasana informal, santai tetapi terarah (tidak tegang dan kaku), hindarkan suasana interogasi, jika perlu pemeriksa duduk berdampingan dengan terperiksa seperti sedang asyik ngobrol, hindari kata-kata yang menyinggung perasaannya.
Pandangan mata pemeriksa harus cukup datar tanpa terkesan ganas, benci, jijik atau mengejek. Pandanglah ia dengan pandangan yang nampaknya bersahabat. Jangan gunakan kata-kata atau kalimat yang absolut dan menyudutkan terperiksa.

c. Tidak mondar-mandir.
Selama - melakukan pemeriksaan, sebaiknya pemeriksa tidak mondar-mandir, duduklah dengan sopan tetapi tenang.
Mondar-mandir dapat menggangu pemusatan pikiran terperiksa dalam mengingat sesuatu. Pemeriksa yang mondar-mandir atau kesana kemari akan memberikan kesan bahwa pemeriksa kurang dewasa, kurang sabar dan mudah dikendalikarn oleh emosi.

d. Nada suara dan bahasa.
Sejauh mungkin pergunakan nada suara yang datar dan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Kadang kala terperiksa memancing agar pemeriksa emosi, sehingga menggunakan nada suara yang tinggi disertai gebrakan-gebrakan sehingga mengaburkan tujuan utama.
Pemeriksa yang banyak menggunakan istilah-istilah asing yang sukar dimengerti oleh terperiksa, akan mengakibatkan salah tafsir, sehingga mungkin akan dibantahnya jawaban tersebut pada pemeriksaan lanjutan.

e. Kurangi merokok.
Pemeriksa hendaknya berusaha sedapat mungkin untuk mengurangi merokok pada waktu melakukan pemeriksaan. Hal ini untuk membuat terperiksa berbuat yang sama. Jika pemeriksa ingin juga merokok sebaiknya dimulai dengan menyuguhkan kepada terperiksa. Jika pemeriksa bermaksud untuk menghindarkan rokok selama pemeriksaan sebaiknya tempat abu rokok, rokok dan korek api dengan sengaja disingkirkan lebih dulu.

f. Kerahasiaan
Yakinkanlah kepada terperiksa bahwa rahasianya akan tetap dipelihara dan hanya untuk kepentingan dinas

g. Menyembunyikan reaksi
Walaupun pemeriksa tersinggung atau kecewa dengan jawaban terperiksa, namun pemeriksa harus pandai meyembuyikan rasa tersinggung atau kecewa tersebut.
Misalnya yang diperiksa memberikan jawaban secara bohong, pemeriksa tidak perlu mencelanya, lebih baik pemeriksa menunjukkan hal-hal yang dapat menimbulkan kesan bahwa pemeriksa tahu tentang keadaan yang sebenarnya yang belum diceritakan oleh terperiksa .
Bagaimanapun hendaknya pemeriksa tidak menunjukkan ketersinggungannya dan jangan terpancing ke arah sana serta jangan sampai terlontar kata - kata "koruptor, pembohong, moral ganda, munafik, melacur jabatan, dan sejenisnya"

h. Jangan menakut - nakuti        
Adalah bijaksana apabila pemeriksa tidak menakut - nakuti terperiksa, namun berikan penjelasan tentang berbagai alternatif dan ketentuan yang berlaku

i. Timbang rasa (tepa selira)
Pemeriksa harus dapat merasakan bagaimana jika dirinya yang menjadi terperiksa. Dengan demikian pemeriksa akan dapat merasakan bagaimana kira - kira jalannya pikiran orang yang diperiksa, bagaimana ia akan bereaksi, kata-kata apa yang patut digunakannya. Ini penting untuk mengendalikan diri agar tidak berlebihan.

j. Manusiawi
Ingat bahwa orang yang diperiksa adalah manusia dengan sifar - sifat kemanusiaannya, bukan sebagai obyek yang dapat dibentuk semau pemeriksa

k. Tampil dengan meyakinkan
Keragu-raguan pemeriksa akan membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi pemeriksa dalam menyingkap kasus. Oleh karenanya pemeriksa harus menjaga penampilan yang meyakinkan disertai tutur kata, perkataan, pandangan dan sikap yang meyakinkan guna menjaga kewibawaan.

l. Tunjukkan bukti - bukti secara bertahap
Ini adalah suatu cara yang bijaksana sebab dengan bertahap akan dapat dikembangkan penyingkapan kasus. Disamping itu apabila terperiksa mencoba mengelak atau membohong maka pemeriksa dapat menunjukkan alat bukti selanjutnya yang akan mendapat temuan pemeriksa.

m. Perhatikan gejala - gejala psikologis dari terperiksa
Orang yang kesalahannya telah pasti ada beberapa tipe misalnya :
      -    Ia menyesali perbuatannya
-       la justru bangga dengan perbuatannya
-       la tenang-tenang saja seolah-olah tidak berbuat kesalahan

             Dalam tiga tipe tersebut terdapat tanda - tanda pengenalan yang sama, antara lain :
-       Orang yang membohong biasanya akan tampak urat nadi di lehernya berdenyut lebih cepat
-       Orang yang berbohong akan menghindarkan pertemuan pandangan mata
-       Orang yang berbohong dari berbabai gerakannya akan tampak bahwa ia ingin segera mengakhiri wawancara

n. Berikan ketenangan kepada terperiksa yang merasa terperiksa tidak bersalah
Ini merupakan umpan belaka agar terperiksa menaruh simpati dan menaruh kepercayaan Terhadap pemeriksa seolah - olah dirinya tidak akan dipersalahkan, dengan demikian pemberian rasa simpati ini jangan sampai berlebihan, cukup misalnya pemeriksa mengemukakan "siapapun nampaknya akan berbuat yang sama dengan yang dilakukan oleh anda jika menghadapi keadaan serupa".

o. Berikan ketenangan kepada terperiksa yang merasa bersalah
Ada pula terperiksa yang langsung merasa bersalah dengan menyatakan penyesalan yang mendalam dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, berterus-terang dan sanggup mengembalikan kerugian negara dengan mohon diberikan kelonggaran waktu dan mohon agar tidak diproses lebih lanjut bahkan dengan menawarkan hadiah.
Terhadap terperiksa yang demikian pemeriksa dapat segera membimbingnya, misalnya:
-       "Jangan terlampau disesali karena bukan anda saja yang berbuat salah"
-       "Keterus terangan anda dan kesediaan anda untuk segera mengembalikan kerugian negara adalah merupakan unsur meringankan"

p. Manfaatkan saling pengertian antara pemeriksa dengan terperiksa
Bagaimanapun keadaan diri dan sikap terperiksa (angker, sombong, tegas, memandang dengan permusuhan, sopan, rendah diri), semuanya itu harus dihadapi oleh pemeriksa dengan sopan santun sedemikian rupa sehingga ia tunduk di bawah senyuman pemeriksa.
Berikan pengertian bahwa sebenarnya sebagai orang perorangan pemeriksa sama dengan terperiksa tetapi hanya karena tugas maka pemeriksa harus melakukan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nice info gan :)

just my mind...

http://ri32.wordpress.com/2010/01/11/jika-hipnotis-bisa-jadi-solusi-masalah-hukum/